Terkait Perayaan Hari Raya Idul Adha yang baru - baru ini dilaksanakan, maka pasti dimana - mana akan ada yang namanya acara pemotongan hewan kurban. Hewan kurban yang lazim disembelih di negeri ini adalah sapi, domba, atau kambing.
Dokter Hendro Kasmanto MKM dari RS Prasetya Bunda Tasikmalaya dan Klinik BTH Tasikmalaya menjelaskan daging-daging dari hewan kurban tersebut diistilahkan dengan daging merah. Karena memang berwarna merah. Juga dianggap “panas” oleh faham yin dan yang.
Sebagian masyarakat merasa, setelah makan daging merah kepalanya terasa nyeri, pegal-pegal daerah tengkuk, atau nyeri di daerah persendian. Bahkan, sebagian masyarakat merasa kolesterolnya meningkat.
Adakah kaitan antara konsumsi daging merah dengan keluhan di atas atau dengan kadar kolesterol?
Kolesterol, kata dia, merupakan substansi turunan dari lemak yang diproduksi oleh tubuh manusia atau hewan. Manusia atau hewan memerlukan kolesterol untuk beberapa proses kehidupan.
Di antaranya untuk membentuk struktur sel dan membentuk beberapa hormon, seperti hormon testosteron dan estrogen. Juga, bahan dasar membuat empedu.
Tubuh dapat memperoleh kolesterol dari dua cara, yaitu membentuk sendiri dan mengonsumsi makanan sumber kolesterol. Makanan sumber kolesterol dapat diperoleh utamanya dari otak, kuning telur, kulit dan jeroan.
Daging-dagingan tertentu saja yang memiliki kandungan kolesterol tinggi, yaitu daging merah yang dekat posisinya dengan lemak atau gajih.
“Sedangkan daging yang murni merupakan sumber protein yang tinggi,” terangnya.
Daging merah, sebagaimana kita ketahui merupakan salah satu sumber protein hewani. Artinya daging merah merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan protein tubuh. Akan tetapi, kandungan yang ada dalam daging merah tak seluruhnya protein.
Terdapat pula lemak, karbohidrat, kolesterol, beberapa vitamin dan mineral yang tentunya dengan kadar berbeda-beda, tergantung jenis daging. Memang, kadar lemak yang terkandung cukup banyak setelah protein.
Berdasarkan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) Depkes dan text book studi akademik lainnya, ternyata kandungan kolesterol dalam daging merah tersebut secara umum tidaklah tinggi (kecuali bagian daging yang dekat ke lemak dan kulit).
Artinya, mengonsumsi daging merah tidak serta merta akan meningkatkan kadar kolesterol darah atau tubuh.
Akan tetapi, sudah jelas dengan mengonsumsi daging merah tersebut, segala kandungan nutrisi di dalamnya akan masuk ke dalam tubuh.
Maka, bagaimana kaitannya dengan keluhan kesehatan yang (mungkin) dialami?
“Dalam hal ini belum ada studi yang jelas mengenai hal ini. Hanya, jika kita melihat pembahasan di atas bahwa mengonsumsi daging merah tidak serta merta akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, akan tetapi masih memungkinkan produksi kolesterol dalam tubuh meningkat karena kecukupan energi dan melimpahnya bahan baku kolesterol,” ujarnya.
Rasa pusing, nyeri kepala, atau pegal di daerah tengkuk yang dialami biasanya diakibatkan oleh meningkatnya tekanan darah.
Tekanan darah tidak selalu disebabkan oleh peningkatan kolesterol. Akan tetapi lebih pada karena meningkatnya konsumsi garam (terkandung dalam bumbu penyedap). Kolesterol berperan meningkatkan darah tinggi dalam proses yang cukup panjang.
Kelebihan kadar kolesterol akan menumpuk di pembuluh darah yang akan mengakibatkan pengerasan pembuluh darah. Hal ini yang mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Maka, bukan secara langsung daging merah menyebabkan keluhan tersebut di atas.
Tips Mengonsumsi Daging Merah Agar Aman Dikonsumsi
- Daging kurban tidaklah harus habis saat itu. Alangkah baiknya jika diatur konsumsinya. Sebagain dapat diawetkan dengan beberapa cara. Yaitu dengan dibekukan (jika memiliki lemari es), atau direbus, dll.
- Konsumsilah sewajarnya. Porsi biasa sesorang mengonsumsi daging adalah 100-200 gram.
- Jika kita termasuk orang dengan risiko tinggi, seperti usia lanjut, memiliki kadar kolesterol tinggi, asam urat tinggi, darah tinggi dan kencing manis, maka usahakan membatasi tidak lebih dari 100 gram porsinya. Selain itu, pilihlah daging merah yang murni bebas lemak. Hindari otak, jeroan dan kulit.
- Perhatikan cara memasaknya. Penggunaan minyak berlebih, penyedap berlebih, akan berisiko munculnya keluhan.
- Batasi konsumsi daging yang dibakar (sate), karena bagian daging yang terbakar dan berwarna hitam mengandung beberapa karsinogen (zat pembangkit sel kanker).
- Jika masih tetap berlebih ketersediaan dagingnya, barangkali dapat diupayakan tahun depan dapat berkurban untuk saudara kita yang jauh dan di daerah tertinggal.
Sumber: Dokter Hendro Kasmanto MKM dari RS Prasetya Bunda Tasikmalaya dan Klinik BTH Tasikmalaya
No comments:
Post a Comment